IKLAN

MENANGKAR PERKUTUT



Memilih Indukan Perkutut
Keturunan yang baik pasti berasal dari induk yang baik pula. Sebaliknya, induk yang baik belum tentu menghasilkan keturunan yang baik. Dalil seperti ini agaknya sangat dipatuhi oleh peternak. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pemilihan induk harus dilakukan secermat mungkin. Berkaitan ‘dengan pemilihan induk ini ada baiknya jika uraian berikut dipahami oleh peternak.

A.    Memilih Jantan dan Betina
Kemampuan membedakan jenis kelamin perkutut mutlak diperlukan oleh peternak. Bagi peternak yang sudah berpengalaman, tidak perlu waktu lama untuk menentukan jenis kelamin perkutut. Bahkan, dengan sekilas melihat fisik perkutut, dapat segera ditentukan jantan atau betina perkutut tersebut. Meskipun demikian, ini hanya bisa dilakukan untuk perkutut yang telah menampakkan kedewasaan fisik, kira-kira telah berumur 9 bulan. Pada umur ini, perkutut siap ditangkarkan. Berikut adalah ciri-ciri perkutut jantan dan betina yang telah dewasa.
1.     Ciri-ciri perkutut jantan
Tanpa pengamatan yang seksama, agak sulit bagi pemula untuk membedakan perkutut jantan di antara sekawanan perkutut. Namun, jika dengan teliti diperhatikan, seekor perkutut jantan mudah dibedakan dari perkutut betina. Perkutut jantan mempunyai raut muka yang berkesan garang. Kulit yang mengelilingi mata terlihat tebal dan bulat sehingga sorot matanya menjadi terlihat tajam. Tanda lainnya ialahpupur (bulu putih keabu-abuan di kepala) lebih dari separuh kepala, kepala tipis, dan ekor panjang. Oleh karena itu, warna bulu kepala perkutut jantan terlibat lebih terang dibanding kepala perkutut betina. Selain itu, perkutut jantan juga memiliki paruh yang panjang, tebal, dan melengkung (ciri ini agak sulit dipahami). Tubuhnya secara keseluruhan terlihat lebib besar daripada perkutut betina.
Perkutut jantan juga bisa ditandai dari perilaku seksualnya. Setelah dewasa kelamin, perkutut jantan akan menampakkan perilaku seksual yang khas jika berdekatan dengan betina, yaitu berbunyi sambil menganggukkan kepala di dekat seekor betina.
2.     Ciri-ciri perkutut betina
Perkutut betina memiliki raut wajah sayu. Kulit yang mengelilingi mata terlihat tipis sehingga sorot matanya terkesan sayu. Tubuhnya lebih kedl dari yang jantan. Selain itu, pupur tidak lebih dari separuh bagian kepala (sehingga warna bulu kepalanya terkesan gelap), kepala kecil dan bundar, paruh lurus, serta ekor pendek. Jika dilihat secara keseluruhan, ukuran tubuhnya tampak lebih kecil daripada perkutut jantan.


B.    Memilih Induk yang Bersuara Bagus
Bagi awam yang belum pernah memelihara perkutut, suara semua perkutut pasti dianggap sama. Sepintas lalu memang demikian. Namun, jika didengar dengan seksama, setiap perkutut ternyata memiliki suara khas yang berbeda dengan perkutut lainnya.
Bagi yang sudah terbiasa memperhatikan suara perkutut, kekhasan suara setiap perkutut dapat dengan mudah diketahui. Bahkan, mereka yang biasa memelihara perkutut, pasci bisa menandai satu suara perkutut di antara puluhan perkutuc yang dipeliharanya tanpa harus melihat perkutut tersebut. Ini menandakan suara perkutut memang beragam.
Ragam suara perkutut dapat didengar pada suara depan, suara tengah, dan suara belakang. Ragam suara juga dapat diketahui melalui kejelasan jeda antara suara depan, tengah, dan belakang; tempo dari bunyi ke bunyi; bening tidaknya suara; serta kestabilan suara.
Mereka yang telinganya sudah terlatih mendengarkan suara perkutut akan mengatakan, “Tidak ada perkutut yang bersuara sama. Yang ada hanya kemiripan suara.”
Suara perkutut yang didengar oleh telinga manusia jika disederhanakan menjadi tulisan, kira-kira terbaca “Hur…ketek…kuk”. Ada juga   yang   berbunyi   “Wao…ketek…kung”   atau   “Klao/kleo… ketek…kung”.
Suara hur, wao, atau klao/kleo disebut suara depan. Suara depan ini sangat bervariasi: ada yang terdengar panjang, sedang, dan pendek.
Suara ketek disebut suara tengah. Suara ini juga bervariasi: ada yang satu kali, satu setengah kali, dua kali, dan sebagainya. Perkutut yang suara tengahnya satu kali kalau berbunyi kira-kira terdengar “Hur…ketek…kuk”. Yang satu setengah kali terdengar “Hur… ketepek…kuk”. Yang dua kali terdengar “Hur…ketek-ketek…kuk”.
Suara kuk atau kung disebut suara belakang. Suara belakang ini pun juga bervariasi: ada yang pendek, ada yang panjang berdengung, dan sebagainya.
Induk yang dipilih, baik jantan atau betina, sebisa mungkin memenuhi kriteria suara yang bagus. Suara perkutut dikatakan bagus jika memenuhi kriteria berikut.
1) Memperdengarkan suara depan (klao atau kleo) yang panjang.
2) Memperdengarkan suara tengah tebal dan jelas.
3) Memperdengarkan suara belakang (kung) panjang berdengung.
4) Memiliki jeda yang jelas antara suara  depan,  tengah,  dan belakang.
5) Antara satu suara dengan suara berikutnya bertempo tetap.
6) Suara terdengar bening (kristal), bergema, dan tidak terhambat.
7) Memperdengarkan  suara  yang  stabil,   tidak   terpengaruh  oleh perubahan suasana lingkungan.
Jika seekor perkutut dapat memperdengarkan suara yang memenuhi kriteria seperti itu, burung tersebut dapat dibilang bagus. Jarang sekali perkutut yang dapat memenuhi semua kriteria tersebut. Oleh karena itu, burung yang mampu memenuhi kriteria seperti itu pasti berharga sangat mahal. Demikian juga dengan keturunannya.
Meskipun tidak 100% suara induk diwariskan ke keturunannya, pembeli akan tetap mendengarkan suara induk sebelum membeli keturunannya.  Paling  tidak  induk  yang  bersuara  bagus juga  akan mengangkat harga keturunannya.
C.    Pentingnya Mengetahui Garis Keturunan
Keturunan perkutut yang bersuara bagus selalu berharga mahal. Itulah sebabnya peternak selalu mencari induk berkualitas agar keturunannya berharga mahal. Induk yang berkualitas ini umumnya memiliki keistimewaan di suara meskipun belum tentu juara dalam konkurs. Induk yang berkualitas biasanya juga memiliki hubungan darah dengan perkutut-perkutut juara.
Hubungan darah, garis keturunan, atau silsilah inilah yang perlu diketahui oleh peternak. Meskipun suaranya tak begitu bagus, seekor perkutut bisa dipilih sebagai induk jika memiliki hubungan darah dengan perkutut juara. Adanya hubungan darah ini membuat perkutut bersangkutan memiliki peluang menghasilkan keturunan bersuara bagus.
Meskipun belum bisa diungkap secara ilmiah, suara perkutut memang diwariskan ke keturunannya. Perkutut yang menang dalam konkurs selalu berasal dari induk yang kualitasnya prima. Tidak ada perkutut bersuara bagus yang berasal dari induk asal comot (ambil). Kalaupun ada, itu merupakan suatu keberuntungan. Jika dirunut, nenek moyang induk asal comot yang menghasilkan keturunan bagus pasti juga berkualitas prima. Hanya saja, tak ada yang mengetahuinya.
Induk yang berkualitas memang tidak selalu menghasilkan anak yang berkualitas. Adakalanya keturunan yang baik baru bisa diperoleh setelah induk menghasilkan beberapa keturunan. Inilah yang membuat bisnis peternakan perkutut menjadi semakin mengasyikkan. Adanya kemungkinan memperoleh keturunan yang berkualitas inilah yang membuat peternak selalu penasaran untuk mendapatkannya.
Dengan mengetahui garis keturunan atau silsilah perkutut, peternak dapat memperkirakan atau paling tidak mempunyai harapan pasangan perkututnya kelak akan menghasilkan keturunan yang berkualitas.
D.   Jangan Memilih yang Cacat Fisik
Secara fisik, perkutut yang akan dijadikan induk harus normal. Jika tidak diperhatikan dengan cermat, cacat fisik kadang tidak tampak. Cacat baru tampak setelah induk berada di sangkar penangkaran.
Mata buta, kelopak mata tidak simetris, kelopak mata tidak menutup sempurna, dan jari kaki putus merupakan cacat fisik yang paling mudah diamati. Dengan melihat sepintas, cacat fisik seperti ini akan ketahuan.
Lain halnya jika cacat fisiknya adalah pincang, sayap terkulai, atau tulang dada bengkok. Cacat seperti ini memerlukan pengamatan yang lebih seksama untuk mengetahuinya. Perkutut yang pincang terlihat pada saat berjalan. Oleh karena itu, perlu diamati pada saat berjalan. Sayap yang terkulai terlihat jelas pada saat perkutut tidak melakukan aktivitas gerak. Pada saat diam, sayap yang normal terlihat rapat ke tubuh. Tulang dada yang bengkok baru kelihatan jika dada perkutut diraba dengan jari.
E.    Jangan Memilih Induk Hasil Tangkapan dari Alam
Sekarang ini perkutut peliharaan yang berasal dari tangkapan di alam lebih sedikit daripada yang berasal dari hasil penangkaran. Alasannya, perkutut hasil tangkapan dari alam suaranya kurang bagus. Meskipun demikian, tetap saja ada penjual burung yang menjual perkutut tangkapan dari alam.
Meskipun harganya sangat murah, untuk tujuan penangkaran di sangkar kecil, jangan sekali-kali memilih perkutut tangkapan dari alam sebagai induk. Burung hasil tangkapan memiliki perilaku liar. Dalam sangkar kecil, burung seperti ini sulit berkembang biak.
Lebih baik jika memilih burung hasil penangkaran. Perkutut hasil penangkaran lebih terbiasa dengan manusia dan sudah terbiasa berkembang biak dalam kandang. Oleh karena itu, tidak menjadi masalah jika perkutut ini ditangkarkan di dalam sangkar kecil.
Menyiapkan Penangkaran
Sangkar gantung untuk beternak perkutut harus dikondisikan supaya bisa digunakan untuk berkembang biak. Sangkar ini harus ditempatkan dengan cara yang benar dan harus dilengkapi dengan beberapa perlengkapan pendukung agar bisa berfungsi sebagai tempat berkembang biak. Uraian berikut ini akan menguraikan lebih rinci tentang sangkar dan perlengkapan pendukung yang harus ada serta cara penempatannya.


A.    Bahan, Bentuk, dan Ukuran Sangkar
Sangkar dengan kerangka terbuat dari kayu dan jeruji dari bambu sesuai untuk beternak perkutut. Sangkar seperti ini relatif ringan sehingga tidak merepotkan dalam penempatan.
Di pasar burung, sangkar seperti ini dijual dalam berbagai bentuk dan ukuran. Untuk beternak perkutut, sebaiknya dipilih yang berbentuk kotak meninggi dengan ukuran minimum panjang dan lebar sekitar 45 cm dan tinggi sekitar 60 cm. Sangkar seukuran ini digunakan untuk mengembangbiakkan sepasang perkutut. Jadi, satu sangkar hanya diisi sepasang perkutut.
Usahakan tidak memilih sangkar yang berukuran lebih kecil atau lebih besar dari ukuran tersebut. Sangkar yang terlalu kecil akan merusak bulu induk perkutut. Jika sangkar terlalu besar, induk atau anak perkutut sulit ditangkap karena jangkauan tangan yang terhatas. Jarak antarjeruji sangkar jangan sampai lehih dari 1,5 cm, semakin rapat semakin haik. Jarak antarjeruji yang rapat membuat kepala perkutut tidak bisa dijulurkan keluar sangkar. Dikhawatirkan leher perkutut terjepit jeruji jika kepalanya bisa dijulurkan keluar sangkar.
Untuk memudahkan pengelolaan, sebaiknya sangkar memiliki dua pintu. Pintu pertama terletak pada sisi samping sangkar sebelah bawah, sedangkan yang kedua pada sisi samping sebelah atas. Pintu pertama digunakan untuk memasukkan atau mengeluarkan wadah pakan dan wadah minum. Pintu kedua digunakan untuk memasang sarang dan mengontrol telur atau anak perkutut yang belum bisa terbang. Umumnya, sangkar yang dijual di pasar burung hanya memiliki satu pintu, berada di sisi samping sangkar sebelah bawah. Sangkar seperti ini bisa digunakan, tetapi agak merepotkan untuk mengontrol telur atau anak perkutut yang belum bisa terbang. Untuk itu, perlu dibuatkan satu pintu lagi. Ukuran pintu tidak perlu terlalu luas, asal cukup dimasuki wadah sarang.
B.    Perlengkapan Sangkar dan Penempatannya
Perlengkapan yang harus ada di dalam sangkar meliputi wadah pakan, wadah minum, tengggeran, wadah sarang berikut bahan sarang, penampung kotoran, dan atap. Semua perlengkapan ini harus ditata dengan benar supaya mudah dikelola.
1.  Wadah pakan dan wadah minum
Wadah pakan dan wadah minum banyak dijual di pasar burung. Wadah ini dijual dalam berbagai ukuran dan umumnya terbuat dari plastik. Untuk perkutut, dipilih wadah yang berdiameter sekitar 6 cm dan kedalaman juga 6 cm.
Wadah pakan dan wadah minum ini diletakkan di sebelah kanan atau kiri pintu bagian bawah, menempel pada jeruji sangkar, Wadah pakan ditempaekan paling dekat dengan pintu. Kedua wadah ini
diusahakan tidak saling berimpitan, diberi jarak sekitar 5 cm. Snpaya tidak bergeser atau terbalik, wadah ini bisa dikaitkan pada jeruji sangkar dengan menggunakan lidi atau kawat. Supaya pakan atau air minum tidak kemasukan air hujan, dinding sangkar tempat wadah pakan dan wadah minum menempel ditutup dengan plastik bening yang tebal.
2.     Tenggeran
Tenggeran diperlukan sebagai tempat beristirahat. Akan lebih baik jika tenggeran ini terbuat dari ranting kayu asam. Jika sulit mendapatkan ranting asam, kayu bangunan juga bisa dimanfaatkan. Ranting untuk tenggeran sebaiknya dipilih yang lurus dengan diameter sekitar 2,5 cm. Ranting ini tidak perlu dibuang kulitnya. Kulit ranting yang kasar membuat perkutut tidak mudah terpeleset, terutama saat kawin.
Satu sangkar diberi dua tenggeran. Kedua tenggeran ini diletakkan sejajar. Satu diletakkan di bawah, kira-kira setinggi sepertiga tinggi sangkar. Satunya lagi di atasnya, kira-kira setinggi dua pertiga tinggi sangkar. Tenggeran yang di sebelah atas letaknya didekatkan ke dinding belakang sangkar, kira-kira 15 cm dari dinding belakang. Peletakan tenggeran dibuat seperti ini agar perkutut tetap bisa mengepakkan sayap tanpa membentur tenggeran di atasnya.
3.     Wadah dan bahan sarang
Wadah sarang untuk perkutut banyak dijual di pasar burung. Wadah ini juga bisa dibuat sendiri. Bahannya bisa dari plastik bekas kemasan sabun atau bahan lainnya asal mempunyai ruangan cekung untuk bahan sarang. Wadah sarang ini ditempatkan sejajar dengan tenggeran atas, berdekatan dengan pintu atas, pada sudut sangkar, dan tidak berada di atas wadah pakan dan wadah minum.
Wadah ini selanjutnya diisi bahan sarang. Bahan sarang berupa daun cemara atau rerumputan yang telah kering. Bahan sarang ini sebelumnya dibentuk menjadi semacam cekungan, sesuai dengan wadahnya, dengan cara ditekantekan. Selanjutnya, bahan ini dimasukkan  ke dalam  wadah jika  pasangan  perkutut di  dalam sangkar telah melakukan perkawinan.
Dinding sangkar yang berdekatan dengan sarang ditutup dengan bahan yang tidak tembus air dan berwarna gelap. Penutupan sebagian dinding sangkar ini supaya sarang tidak basah oleh hujan dan tidak tekena sinar matahari.
4.     Penampung kotoran
Penampung kotoran bisa terbuat dari tripleks atau lembaran seng. Perlengkapan ini dipasang di bagian bawah sangkar. Pemasangan diatur supaya bisa dengan mudah dilepas dari sangkar.
Penampung kotoran berfungsi menampung kotoran perkutut dan pakan yang berhamburan. Adanya perlengkapan ini membuat ruang di bawah sangkar tetap bersih sehingga bisa digunakan untuk keperluan lain tanpa khawatir kejatuhan kotoran perkutut.
5.     Atap
Meskipun telah tertutup jeruji, sisi atas sangkar perlu ditutup lagi dengan bahan yang tidak tembus air dan cahaya. Bahan yang digunakan dipilih yang tidak menyerap dan menghantar panas terlalu tinggi. Jangan menggunakan seng karena bahan ini sangat mudah menyerap dan menghantarkan panas dari matahari. Panas berlebihan yang diserap dan dihantarkan oleh atap ke dalam sangkar sangat mengganggu kenyamanan perkutut. Panas yang berlebihan juga bisa menyebabkan telur tidak bisa menetas.
Contoh bahan yang baik untuk atap sangkar ialah tripleks dan kardus bekas. Kedua bahan ini bisa digunakan bersamaan. Mulanya bagian atas sangkar ditutup tripleks, lalu di atasnya diberi kardus bekas yang tebal. Karena kedua bahan ini bisa hancur oleh air hujan, di atasnya perlu ditutup lagi dengan plastik yang agak tebal. Dengan atap seperti ini suasana di dalam sangkar tidak terlalu panas jika matahari bersinar kuat dan tidak kemasukan air ketika hujan.

C.    Penempatan Sangkar
Sangkar untuk beternak perkutut ditempatkan di dinding dengan cara dikaitkan atau diberi penyangga. Dengan penempatan seperti ini, sangkar tidak akan bergoyang jika terkena angin atau tersentuh, baik disengaja atau tidak. Sangkar yang sering bergoyang, terutama dengan goncangan yang mengejutkan, akan membuat perkutut merasa terganggu. Jika goncangan yang mengejutkan sering terjadi pada saat perkutut sedang mengerami telur, kemungkinan telur tidak menetas menjadi semakin besar.
Dinding tempat sangkar ditempelkan harus tidak beratap dan dijangkau oleh sinar matahari. Kondisi seperti ini memungkinkan sangkar selalu dihembus oleh udara segar dan dihangati oleh sinar matahari. Perkutut memang menuntut adanya udara segar dan sinar matahari yang menyinari langsung ke tubuhnya minimum dua jam sehari. Tanpa sinar matahari perkembangbiakan perkutut tidak akan normal dan sering terjadi gangguan pertumbuhan tulang serta menurunnya kualitas suara.
Mengingat sinar matahari mutlak diperlukan oleh perkutut maka akan sangat baik jika sangkar ditempel pada dinding yang meng-hadap ke timur. Dengan penempatan seperti ini, perkutut akan selalu mendapat sinar matahari pada pagi hingga tengah hari. Meskipun demikian, dinding yang menghadap ke utara, selatan, dan barat tetap bisa digunakan untuk menempel sangkar sepanjang sinar matahari masih bisa menjangkaunya.
Penempatan sangkar sebaiknya tidak terlalu tinggi, sebatas masih bisa dijangkau tangan tanpa menggunakan pijakan. Sangkar yang ditempel pada dinding yang terlalu tinggi akan merepotkan dalam pengelolaannya. Jika hanya satu, mungkin tidak terlalu menjadi ma-salah. Namun, jika jumlah sangkarnya banyak, akan sangat melelahkan dalam mengurusnya.
Jika jumlah sangkar lebih dari satu, penempatannya bisa secara bersusun. Susunan sangkar sebaiknya tidak lebih dari tiga. Sangkar paling bawah minimum berjarak 100 cm dari tanah agar pada saat hujan percikan air dari tanah tidak masuk ke dalam sangkar. Sisi kiri dan kanan sangkar sebaiknya diberi jarak, minimal selebar sangkar, agar pasangan perkutut dalam satu sangkar tidak diganggu atau mengganggu pasangan lain dalam sangkar di sebelahnya.
Menjodohkan Perkutut
Apabila sepasang perkutut telah berjodoh dan bertelur, selanjutnya hampir tidak ada lagi hambatan dalam perkembang-biakannya. Hambatan yang paling sering dialami oleh peternak, terutama pemula, justru terjadi pada rahap awal, yaitu pasangan perkutut tidak mau kawin alias tidak jodoh. Jika terjadi hal seperti ini, bagaimana cara mengatasinya. Uraian berikut yang akan menjawabnya.
A.    Membeli Pasangan yang Telah Jodoh
Banyak peternak perkutut yang mencampur beberapa anakan perkutut dalam satu sangkar sebelum burung-burung tersebut dijual. Setelah berumur enam bulan atau lebih, anak perkutut ini mulai menampakkan tanda-tanda dewasa kelamin. Perkutut jantan mulai mencari pasangan dengan mengeluarkan bunyi sambil mengangguk-anggukkan kepala. Betina yang tertarik akan mendekat. Keduanya lalu saling mendekatkan kepala. Perkutut jantan lalu membuka paruh untuk memberi makanan kepada perkutut betina.
Untuk peternak pemula, bisa memanfaatkan tanda-tanda seperti ini dalam memilih pasangan perkutut. Jika ada sepasang perkutut telah menampakkan tanda-tanda seperti ini, berarti keduanya telah jodoh dan siap berkembang biak. Jika berniat membelinya, segera saja perkutut yang menampakkan tanda-tanda seperti ini disemprot dengan air hingga basah, lalu ditangkap. Jika tidak ditandai dengan air, akan sangat membingungkan dalam menangkapnya. Setelah berjodoh, segera pasangan tersebut dimasukkan ke sangkar perkembangbiakan. Selama beberapa hari pasangan burung ini akan beradaptasi dengan tempat yang baru. Setelah beradaptasi, pasangan ini akan menampakkan tanda-tanda awal perkembangbiakan.
Biasanya peternak perkutut yang menjual hasil ternakannya juga menyediakan pasangan perkutut yang sudah jodoh. Bisa saja kita membeli pasangan perkutut seperti ini dari peternak. Pasangan seperti ini bisa langsung dimasukkan ke sangkar perkembangbiakan.
Bagi peternak pemula, membeli pasangan yang sudah jodoh memang sangat menguntungkan. Tak perlu lagi repot-repot menjodohkan perkutut. Pasangan yang sudah jodoh bisa langsung dimasukkan ke dalam sangkar perkembangbiakan.
Cara memilih pasangan yang sudah berjodoh seperti di atas juga memiliki kekurangan. Peternak tidak bisa bereksperimen menjodohkan perkutut sesuai dengan keinginannya. Penjodohan semata-mata tergantung pada perkutut tersebut dalam memilih pasangan. Dengan demikian, kualitas suara keturunannya juga semakin tidak bisa diprediksi. .Namun, bagaimanapun juga cara ini bisa dicoba oleh pemula. Dalam beternak perkutut, tidak mungkin seorang peternak pemula bisa langsung mencetak burung berkualitas tanpa harus belajar terlebih dahulu. Inilah bagian dari proses belajar itu.
B.    Menjodohkan Sepasang Perkutut
Adakalanya sepasang perkutut langsung kawin ketika disatukan dalam satu sangkar. Namun, tidak jarang pula sepasang perkutut yang telah lama dijodohkan tidak mau lekas kawin. Bahkan, sepasang perkutut yang kelihatannya saling tertarik ketika dicampur malah berkelahi.
Ketidakcocokan pasangan perkutut umumnya ditandai dengan betina yang tidak mau menerima pejantan. Perkutut betina selalu menghindar ketika didekati pejantan. Akibatnya, perkutut jantan selalu mengejarnya. Tidak jarang betina yang tidak mau menerima pejantan selalu dikejar-kejar dan dipatuki. Jika terus dibiarkan, perkutut betina akan mengalami luka, bahkan mati.
Hal seperti di atas hanya merupakan gambaran bahwa menjodohkan perkutut kadang-kadang tidak semudah atau mungkin juga tidak sesulit yang kita bayangkan. Seberapa mudah atau sulitnya menjodohkan perkutut ada baiknya jika dicoba terlebih dahulu.
1.     Menjodohkan satu jantan dengan satu betina
Apabila  ingin  mengawali   beternak  hanya  dengan  sepasang perkutut, cara ini bisa dipilih.  Cara penjodohan yang satu ini juga
memungkinkan peternak melakukan eksperimen untuk menghasilkan anak-anak perkutut yang berkualitas dengan cara menjodohkan induk-induk yang berkualitas.
Untuk menjodohkan seekor perkutut jantan dan betina, langkah pertama tentunya membeli calon induk jantan dan betina. Ada baiknya jika keduanya dibeli tidak dari peternak yang sama. Jika dibeli dari peternak yang sama, ada kemungkinan akan terjadi perkawinan antarsaudara.
Sebaiknya dipilih perkutut yang masih muda, umurnya tidak lebih dari tiga bulan. Sepasang perkutut yang masih muda ini selanjutnya dimasukkan dalam sangkar yang berbeda. Sangkarnya cukup dilengkapi dengan tenggeran, wadah pakan, wadah minum, dan penampung kotoran. Kedua sangkarnya setiap hari harus saling didekatkan, baik ketika sedang dijemur atau sudah ditempatkan di tempat teduh, supaya kedua perkutut bisa saling melihat.
Selama kurang lebih tiga bulan, kedua burung akan saling berinteraksi. Jika perkutut jantan berbunyi, perkutut betina akan menyahutnya. Selanjutnya, perkutut jantan akan berusaha menarik perhatian betina dengan suara dan anggukan kepala. Jika ada reaksi— seakan-akan ingin keluar dari sangkar dan mendekati perkutut jantan—dari perkutut betina, berarti ada kemajuan dalam penjodohan.
Pasangan yang sudah menampakkan perilaku seperti itu bisa dicampur dalam satu sangkar. Beberapa saat setelah dicampur pasangan ini harus dipantau. Jika keduanya tidak menampakkan tanda-tanda saling bermusuhan, kemungkinan besar keduanya telah jodoh. Perilaku seksual buriing jantan menjadi sangat jelas jika keduanya telah jodoh. Percumbuan antara sepasang burung ini biasanya diakhiri dengan perkawinan. Dalam sehari bisa terjadi perkawinan berulang-ulang. Perilaku seksual perkutut mudah diamati ketika burung tersebut sedang dijemur.
Jika ada tanda-tanda perkutut jantan berusaha mengawini perkutut betina, keduanya bisa segera dipindah ke sangkar perkembangbiakan. Sebelumnya sangkar perkembangbiakan harus sudah diisi dengan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan.
Apabila setelah dicampur perkutut jantan terlihat mematuki perkutut betina, keduanya harus segera dipisah. Kemungkinan perkutut betina belum siap kawin atau pejantannya memang galak. Jika terus disatukan, perkutut betina akan terluka, bahkan bisa mati. Satu bulan kemudian, keduanya bisa disatukan lagi. Jika perkutut jantan masih menyerangnya, berarti keduanya memang tidak jodoh. Kedua perkutut ini harus dipasangkan dengan perkutut lain. Burung lain yang akan dipasangkan dengan burung ini kalau jantan harus lebih muda dari betina ini dan kalau betina harus lebih tua dari pejantan ini.
2.     Satu jantan bebas memilih betina
Melakukan penjodohan dengan cara ini berarri harus membeli seekor perkutut jantan dan beberapa—paling tidak lebih dari dua— ekor betina. Burung-burung ini disatukan dalam sangkar berukuran panjang kira-kira 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 50 cm. Sangkar ini cukup dilengkapi dengan wadah pakan, wadah minum, tenggeran, dan penampung kotoran. Di dalam sangkar ini perkutut jantan akan bebas memilih betina.
Apabila semua perkutut yang dimasukkan ke dalam sangkar ini telah dewasa kelamin, tidak lebih dari satu bulan sudah terbentuk pasangan yang jodoh. Betina yang mau menerima pejantan biasanya selalu berdekatan dengan pejantan tersebut. Keduanya lalu saling bercumbu dan melakukan perkawinan. Jika terlihat tanda-tanda seperti ini, pasangan tersebut segera saja diambil. Betina yang tidak terpilih dibiarkan saja berada dalam sangkar tersebut untuk dicarikan pejantan lain.
3.     Beberapa jantan dan beberapa betina
Upaya menjodohkan perkutut juga bisa dilakukan dengan mencampur beberapa pejantan dengan beberapa betina di dalam satu sangkar. Jumlah jantan dan betina bisa sama atau bisa juga tidak. Sangkar berukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 50 cm yang dilengkapi dengan wadah pakan dan air minum, tenggeran, dan penampung kotoran bisa digunakan untuk mencampur paling banyak delapan ekor burung.
Pasangan yang telah jodoh dapat diketahui melalui pengamatan  terhadap perilaku burung-burung tersebut. Pasangan yang telah jodoh segera dipindah ke sangkar perkembangbiakan. Perkutut yang belum jodoh dibiarkan  menghuni sangkar penjodohan  hingga  menemukan pasangannya.
Cara penjodohan seperti ini tetap memungkinkan adanya burung yang tidak mendapat pasangan. Burung yang tidak mendapat pasangan bisa tetap dipelihara. Siapa tahu kelak bisa digunakan untuk mengganti-ganti pasangan.
Memelihara Pasangan
Sepasang perkutut yang telah berada di sangkar perkembangbiakan merupakan pasangan yang siap berkembang biak. Jika dipelihara dengan benar, pasangan perkutut akan segera kawin dan menghasilkan keturunan. Memelihara pasangan perkutut yang sudah jodoh hingga berkembang biak bukan sesuatu yang sulit. Dengan menerapkan hal-hal berikut ini perkutut dapat berkembang biak dengan normal.
A.    Kebutuhan Pakan, Air Minum, Vitamin, dan Mineral
Pakan, air, vitamin, dan mineral merupakan kebutuhan yang mutlak diperlukan oleh perkutut, baik untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh ataupun fungsi reproduksi. Pastikan vitamin burung dengan memberikan BirdVit, sedangkan untuk mineral—juga bisa digunakan BirdMineral. Dengan pemberian vitamin dan mineral itu, maka hanya dengan memberi pakan berupa biji-bijian, perkutut yang diternakkan dalam kandang beralas tanah sudah bisa hidup normal dan berkembang biak. Pentingnya mineral adalah karena tempat beternak hanya berupa sangkar kecil sehingga tidak memungkinkan perkutut mendapat tambahan mineral dari tanah. Artinya, unsur yang satu ini perlu diberikan secara khusus. Hal ini perlu dilakukan karena dikhawatirkan dengan mempercayakan pemenuhan kebutuhan terhadap mineral dari pakan saja dapat memungkinkan terjadinya defisiensi mineral. Defisiensi ini bisa mengakibatkan terganggunya pertumbuhan tubuh dan proses perkembangbiakan.
1.     Pakan yang diberikan
Perkurut merupakan burung pemakan biji-bijian. Oleh karena itu, pakan yang diberikan juga berupa biji-bijian. Biji milet, jewawut, ketan hitam, dan gabah bisa diberikan kepada perkutut. Komposisinya tiga bagian milet selebihnya campuran jewawut, ketan hitam, dan gabah dengan perbandingan sama.
Untuk meningkatkan nilai gizi, campuran biji-bijian ini bisa dicampur dengan pakan ayam petelur dengan perbandingan 4:1. Penambahan pakan ayam petelur dilakukan hingga perkutut bertelur. Pada saat mengeram, cukup diberi pakan berupa biji-bijian. Ketika telur sudah menetas, pakannya bisa ditambah pakan untuk DOC (day old chiken, anak ayam umur sehari) dengan perbandingan empat bagian pakan biji-bijian dan satu bagian pakan DOC. Pakan ini diberikan selama perkutut mengasuh anak.
Pakan ini diberikan dalam jumlah tidak terlalu banyak, kira-kira habis dimakan selama sehari. Penambahan pakan sebaiknya tidak dilakukan ketika masih ada pakan yang tersisa. Biasanya pakan yang tersisa merupakan pakan yang tidak disukai perkutut. Jika ditambah dengan pakan baru, pakan yang tidak disukai tidak akan pernah termakan. Amat sayang jika pakan yang tidak disukai ini merupakan pakan yang nilai gizinya tinggi. Dengan tidak menambahkan pakan baru, pakan yang tidak disukai terpaksa juga dimakan.
Pemberian pakan sebenarnya bisa tiap tiga hari sekali. Jika ini dilakukan, kontrol terhadap kesegaran pakan harus sangat diperhatikan. Jangan sampai ada pakan yang busuk atau berjamur karena basah atau terkena kotoran. Pakan yang telah busuk bisa menyebabkan burung sakit atau mati jika memakannya.
Pada. saat pemberian pakan, wadah pakan harus dibersihkan. Jika perlu, dicuci hingga bersih. Kebersihan wadah pakan merupakan salah satu pendukung kesehatan perkutut. Penempatan wadah pakan harus dilakukan dengan pelan-pelan. Jangan sampai melakukan gerakan yang mengakibatkan perkutut terkejut. Gerakan yang mengejutkan akan membuat perkutut beterbangan menabrak-nabrak jeruji sangkar.
2.     Air minum
Air oleh perkutut hanya digunakan untuk minum. Perkutut bukan jenis burung yang menggunakan air untuk membersihkan tubuhnya. Oleh karena itu, tidak diperlukan wadah yang terlalu luas untuk tempat air. Air yang diberikan pun tidak perlu terlalu banyak, asalkan cukup untuk satu hari. Sepanjang air bisa dikonsumsi oleh manusia maka air tersebut juga bisa diberikan ke perkutut, baik yang sudah direbus ataupun belum. Untuk air yang sudah direbus, harus didinginkan terlebih dahulu sebelum diberikan ke perkutut.
Air untuk minum sebaiknya diganti setiap hari. Pada saat air diganti, wadah air minum harus dibersihkan. Untuk sangkar yang ditempel agak tinggi, penggantian air minum menjadi agak sulit. Paling tidak harus menurunkan sangkar terlebih dahulu. Padahal, jika sangkar sering diturunkan, perkutut menjadi sering terganggu.
Ada suatu cara untuk mengatasi hal seperti ini. Dua buah botol plastik bekas kemasan sampo atau sejenisnya bisa digunakan untuk mempermudah penggantian air minum dan pembersihan wadahnya. Sebelum digunakan, botol harus bebas dari sisa-sisa dan aroma sampo. Setelah benar-benar bersih, lubang botol dimasuki selang kecil atau sedotan minuman. Panjang selang disesuaikan dengan ukuran botol. Yang pasti selang yang berada diluar botol kira-kira sepanjang 20 cm.
Jika botol akan digunakan sebagai alat untuk menuangkan air minum, selang dimasukkan hingga ke dasar botol. Jika botol hanya digunakan sebagai sarana untuk membersihkan wadah air minum, selang tidak perlu dimasukkan hingga ke dasar. Supaya antara selang dan lubang botol tidak berongga, tepi lubang bisa ditutup dengan lem plastik.
Botol yang digunakan untuk membersihkan wadah air minum bekerja dengan cara menyedot air berikut kotoran yang ada di dalam wadah air minum. Oleh karena itu, sebelum digunakan botol ini harus dalam keadaan kosong dan bersih. Untuk membersihkan wadah air minum, ujung selang dimasukkan dalam wadah tersebut. Selanjutnya botol ditekan-tekan hingga udara yang keluar akan mengaduk-aduk air dalam wadah minum. Air yang telah kotor bisa segera disedot ke dalam botol dengan cara melepas tekanan pada botol. Setelah wadah air minum kosong dan bersih bisa diisi dengan air baru dengan menggunakan botol untuk menuangkan air. Ujung selang dimasukkan ke dalam wadah air minum, lalu botol ditekan. Air akan mengalir memenuhi wadah air minum. Dengan bantuan alat seperti ini, pembersihan wadah minum dan penggantian airnya bisa dilakukan dengan sangat mudah tanpa harus menurunkan sangkar dari dinding dan mengeluarkan wadah yang akan dibersihkan.
3.     Multivitamin dan mineral
Pengalaman peternak menunjukkan bahwa pemberian multivitamin, misalnya BirdVit, untuk burung kicauan juga bisa mempertahankan daya reproduksi perkutut tetap tinggi. Mukivitamin ini mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan untuk reproduksi.
Di alam bebas perkutut sering memakan batu atau kerikil yang lembut untuk membantu pencernakan. Dalam sangkar penangkaran fungsi batu atau kerikil lembut bisa diganti batu bata. Pecahan batu bata berukuran setengah genggaman tangan bisa diletakkan di dasar sangkar. Perkutut akan mematuki batu bata ini untuk membantu pencernakan sekaligus memenuhi kebutuhan akan mineral. Sebelum diberikan ke perkutut, batu bata harus dicuci bersih, lalu direbus atau disangrai. Dengan cara ini perkutut akan terhindar dari serangan organisme yang kemungkinan menempel pada batu bata.
B.    Kebersihan Sangkar
Sangkar yang bersih akan menghindarkan perkutut dari penyakit. Oleh karena itu, kebersihan sangkar harus selalu diperhatikan. Setiap hari kotoran yang tertampung harus dibuang. Penampungnya harus dibersihkan sebelum dikembalikan ke sangkar. Pelepasan maupun pemasangan kembali penampung kotoran harus dilakukan dengan pelan-pelan supaya perkutut tidak ketakutan.
Setelah penampung kotoran bersih, jeruji pada dasar sangkar juga dibersihkan dari kotoran yang menempel. Umumnya sangkar model sekarang jeruji pada sisi bawah bisa dilepas seperti halnya penampung kotoran. Sangkar seperti ini mudah dibersihkan dari kotoran tanpa mengganggu ketenangan perkutut yang ada di dalamnya.
Sangkar dibersihkan secara total ketika anak perkutut dipisah dari induknya. Sementara sangkar dibersihkan, induk perkutut dipindah ke sangkar lain. Semua kotoran yang menempel pada sangkar harus dibuang. Semua perlengkapan sangkar harus bersih. Kalau perlu, gunakan FreshAves untuk melakukan penyemprotan agar burung bebas kutu dan jamur. Setelah bersih, semua perlengkapan dikembalikan ke tempat semula. Bahan sarang tidak bisa dipakai lagi untuk bertelur. Bahan sarang harus diganti dengan yang baru untuk periode perkembangbiakan berikutnya.

C.    Mengontrol Atap dan Pelindung
Kontrol terhadap atap sangkar juga harus dilakukan secara rutin. Jangan sampai ada atap yang bocor, terutama pada musim bujan. Posisi pelindung sarang serta wadah pakan dan wadah minum barus diperhatikan. Jangan sampai posisinya bergeser hingga memungkinkan sinar matahari atau air hujan masuk ke tempat-tempat tersebut.
D.   Mengontrol Telur
Perkutut betina biasanya bertelur satu hingga dua minggu setelah kawin. Setiap periode perkembangbiakan seekor perkutut umumnya menghasilkan dua butir telur. Dua butir telur ini dikeluarkan berurutan selama dua hari. Meskipun demikian, kadang-kadang seekor perkutut hanya bertelur satu butir. Telur perkutut dierami selama 14-16 hari.
Sebaiknya tanggal keluarnya telur dicatat. Pencatatan diperlukan untuk mengetahui kapan telur menetas. Jika dalam waktu 14— 16 hari belum menetas, jangan terburu-buru telur tersebut diambil. Barangkali telur tersebut memang belum saatnya menetas. Telur baru bisa diambil, untuk dibuang, setelah melewati masa pengeraman selama seminggu. Pengambilan telur yang sudah saatnya menetas, tetapi belum juga menetas diperlukan supaya induk perkutut tidak terus mengerami telur yang nyata-nyata tidak mau menetas. Selain telur, bahan sarang juga perlu diambil.
Kadang-kadang ada perkutut jantan yang berusaha mengawini perkutut betina yang sedang mengerami telur. Keinginan perkutut jantan ini sering menyebabkan perkutut betina berlarian menghindarinya. Hal seperti ini tentu sangat mengganggu proses pengeraman telur. Perkutut jantan yang berperilaku seperti ini sebaiknya dipisah dari betinanya. Perkutut betina dibiarkan mengerami telur tanpa pejantan.
E.    Memelihara Anak Perkutut
Apabila telur yang dierami telah menetas, perkutut betina menjadi tidak terlalu liar. Perkutut betina menjadi lebih sering berada di sarang sarang untuk melindungi anaknya. Setiap ada yang mendekatinya lalu diancam dengan patukan.
Seminggu setelah menetas, anak perkutut sudah tumbuh besar. Sebagian besar tubuhnya sudah ditumbuhi bulu-bulu jarum. Pada umur ini, anak perkutut belum aktif bergerak. Organ-organ geraknya, sayap dan kaki, masih terlihat sangat lemah. Kakinya belum mampu mengangkat tubuh dan sayapnya belum bisa dikepak-kepakkan.
Pada umur sekitar sepuluh hari, sebaiknya dilakukan pemasangan cincin pada kaki anak perkutut. Pemasangan dilakukan dengan cara memasukkan cincin pada tiga jari yang menghadap ke depan, lalu didorong ke belakang hingga melewati jari yang menghadap ke belakang. Setelah melewati jari yang menghadap ke belakang berarti cincin telah terpasang pada kaki perkutut. Jika pemasangan cincin terlambat, cincin akan susah terpasang karena kaki anak perkutut sudah tumbuh besar dan kaku.
Setelah dipasangi cincin atau umur sepuluh  hari,  anak  perkutut  bisa tetap dipercayakan ke induknya sendiri   sepanjang   induknya tidak    menelantarkan    anak-anaknya atau dititipkan ke puter untuk   dibesarkan.   Dengan   dititipkannya anak perkutut ke puter, induk perkutut dapat segera bertelur lagi. Namun, jangan lupa untuk membuang bahan sarangnya dan mengganti bahan sarang yang baru seminggu kemudian. Anak perkutut akan diasuh oleh puter hingga mampu hidup sendiri.
Umur dua minggu bulu-bulu jarum mulai mengembang dan anak perkutut mulai berusaha keluar dari sarang. Pada umur ini, anak perkutut sering terlihat bertengger di tenggeran. Gerakannya menjadi semakin aktif, terutama saat lapar. Kakinya mulai bisa digunakan untuk melompat, sedangkan sayapnya mulai bisa dikepakkan.
Pada umur tiga minggu, anak perkutut mulai sering mengepak-ngepakkan sayap. Bulu-bulunya pun semakin sempurna menutup tubuh. Ketika lapar anak perkutut seumur ini akan mengejar induknya untuk minta suap. Sarang semakin sering ditinggalkan.
Umur empat minggu anak perkutut mulai bisa terbang meskipun belum sempurna. Selain bisa terbang, anak perkutut juga mulai bisa makan sendiri. Anak perkutut yang telah berumur empat minggu bisa dipisah dari induknya (disapih).
E     Menjaga Kesehatan Induk
Sangkar, pakan, dan air minum yang selalu terjaga kebersihannya sebenarnya sudah bisa menghindarkan perkutut dari serangan penyakit. Meskipun demikian, adakalanya perkutut masih juga terserang penyakit. Cadangan dan mencret merupakan contoh penyakit yang kadang-kadang menyerang perkutut.
1.     Cacingan
Perkutut yang terserang cacing menampikkan gejala kurus dan ekor sering digerak-gerakkan (seakan-akan berusaha membuang sesuatu dari kloaka). Kadang-kadang pada kotorannya dijumpai cacing.
Cacing bisa dibasmi dengan obat cacing untuk burung seperti AscariStop yang terbukti bisa membasmi berbagai jenis cacing pengganggu burung. Obat ini diberikan dengan cara diminumkan ke rongga mulut. Pemberian obat ini bisa diulang satu minggu kemudian selanjutnya pemberian obat cacing diberikan setiap sebulan sekali.
2.     Mencret
Kondisi fisik kotoran bisa digunakan untuk mengetahui gangguan penyakit pencernaan. Perkutut yang sehat mengeluarkan ko toran dengan kondisi padat lunak (adakalanya keluarnya kotoran dibarengi dengan keluarnya cairan bening sehingga berkesan seperti mencret, padahal tidak).
Mencret merupakan gangguan pencernaan dengan tanda kotoran sangat lembek berwarna putih atau hijau. Mencret biasanya diikuti dengan menurunnya vitalitas hidup: perkutut terlihat lesu dan nafsu makan berkurang. Jika terlihat gejala seperti ini, air minum perkutut bisa diberi obat BirdBlown. Obat ini akan memulihkan kesehatan perkutut jika mencret yang dideritanya belum parah.

Memanfaatkan Puter sebagai induk asuh
Anak perkutut bisa dititipkan ke burung puter untuk dibesarkan. Dengan demikian, induk perkutut tak perlu berlama-lama mengasuh anak. Induk perkutut hanya mengasuh anak selama kurang lebih sepuluh hari. Waktu yang seharusnya digunakan untuk mengasuh anak-kurang lebih hingga anaknya berumur sebulan-bisa digunakan untuk memulihkan kondisi tubuh setelah sekian lama mengeram. Begitu kondisinya pulih, induk perkutut bisa segera dikawinkan dan bertelur lagi. Inilah keuntungan memanfaatkan puter untuk mengasuh anak perkutut.

A.    Memilih Puter untuk Induk Asuh
Puter yang telah berumur _+l,5 tahun bisa digunakan untuk membesarkan anak perkutut. Untuk keperluan ini, diperlukan sepasang puter, jantan dan betina. Sepasang puter bisa digunakan untuk mengasuh 2—6 ekor anak perkutut.
Sebagai induk pengganti, puter ini harus benar-benar sehat. Puter yang sehat bisa diketahui dari perilaku dan penampakan tubuhnya. Perilaku yang lincah dengan nafsu makan yang tinggi menunjukkan puter tersebut sehat. Bulu puter yang sehat juga tampak rapi dan bersih. Tak ada sama sekali bekas kotoran di sekitar kloaka. Matanya tampak bersih dan jernih. Lubang hidung bersih dan kering.
Untuk memastikan puter benar-benar sehat, selama satu bulan burung ini diisolasi (ditempatkan dalam sangkar dan dijauhkan tlari perkutut). Selama masa isolasi, puter diberi obat cacing dua kali dalain waktu dua minggu. Obat cacing khusus untuk burung bisa pilihAscariStop. Dengan cara ini puter akan terbebas dari cacing. Dengan demikian, anak perkutut yang akan diasuhnya pun juga terhindar dari serangan cacing.

B. Menyiapkan Sangkar Puter
Puter yang akan digunakan untuk mengasuh anak perkutut ditempatkan dalam sangkar berjeruji bambu. Bentuk sangkar sebaiknya memanjang dengan ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm, dan tinggi 50 cm. Di dalam sangkar ini pula anak perkutut akan diasuh oleh puter. Sangkar untuk puter ini dilengkapi dengan wadah pakan dan air minum, tenggeran, tempat sarang berikut bahan sarangnya, serta penampung kotoran.
Wadah pakan dan wadah minum sama dengan yang digunakan untuk perkutut. Wadah ini diletakkan di kanan dan kiri pintu sangkar. Peletakan seperti ini akan membuat wadah terhindar dari kotoran puter dan mudah dikeluarkan atau dimasukkan. Supaya tidak mudah bergeser atau terbalik, wadah pakan dan air minum harus dikaitkan ke jeruji sangkar.
Tenggeran dipasang pada ketinggian sepertiga atau setengah tinggi sangkar dengan arah sejajar panjang sangkar. Tenggeran sebaiknya terbuat dari kayu yang kasar (tidak licin) sehingga puter atau anak perkutut dapat bertengger dengan baik. Ranting asam yang masih terbungkus kulit sangat baik untuk tenggeran.
Tempat sarang untuk puter bisa dengan mudah didapat di pasar burung. Bahan pembuatnya bisa dari bambu atau rotan. Tempat sarang ini sebaiknya berdiameter sekitar 15 cm. Tempat sarang diletakkan di dasar sangkar pada sudut yang paling jauh dari pintu. Tempat sarang ini harus dilengkapi dengan bahan sarang berupa rerumputan atau daun cemara yang sudah kering. Bahan sarang harus sudah tersedia ketika puter mulai kawin.
Penampung kotoran dipasang pada bagian bawah sangkar. Perlengkapan ini harus bisa dengan mudah dipasang dan dilepas. Penampung kotoran bisa terbuat dari lembaran aluminium atau tripleks.
C.   Meyiapkan Puter dan Memindahkan Anak Perkutut ke Sangkar Puter
Sebelum menjadi induk asuh, puter perlu dipersiapkan agar siap menerima anak perkutut.
1.     Menyiapkan puter
Puter yang sudah terpilih untuk dijadikan induk asuh dan telah melewati masa isolasi bisa segera dimasukkan ke sangkar. Di dalam sangkar ini puter dipersiapkan untuk menerima anak perkutut.
a.     Dibiarkan mengerami telur
Di dalam sangkar, puter harus diusahakan bisa bertelur dan mengerami telurnya. Telur puter akan menetas setelah dua minggu Sampai umur satu bulan anak perkutut masih diasuh oleh puter
dierami. Umumnya puter mudah jodoh dan cepat bertelur. Kurang lebih seminggu setelah kawin, puter mulai bertelur. Dalam masa perkembangbiakan ini puter akan menerima anak perkutut yang diletakkan di dalam sarangnya. Burung ini akan mengasuh anak perkutut seperti anaknya sendiri.
Kurang lebih seminggu setelah mengerami telur, puter mulai memproduksi susu tembolok. Susu tembolok ini akan diproduksi hingga anaknya berumur kurang lebih sepuluh hari. Pada masa puter memproduksi susu tembolok, inilah saat yang tepat untuk mulai mengasuh anak perkutut. Dengan demikian, anak perkutut akan mendapat susu tembolok dari puter. Susu tembolok ini penting bagi anak perkutut yang masih kecil.
Apabila puter terlalu awal bertelur hingga telurnya diperkirakan menetas sebelum anak perkutut siap dipindah, sebaiknya telur tersebut dimatikan dengan cara dimasukkan ke dalam air mendidih selama +_ 1 menit. Setelah itu, telur dikembalikan ke sarang puter. Puter akan terus mengerami telur yang tidak akan menetas. Bisa juga telur
puter diganti dengan telur buatan, misalnya dari batu. Dengan cara ini, susu tembolok yang diproduksi tidak akan diberikan ke anaknya sendiri.
b.     Diberi pakan dan minum yang berkualitas
Sebelum bertelur puter diberi pakan milet, gabah, dan BirdMature kapsul. Kedua bahan pertama dicampur dengan perbandingan 2:1. Sedangkan BirdMature diberikan ke dalam air minum. Dengan pakan seperti ini, diharapkan puter dapat bertelur dengan baik. Untuk mempertinggi daya reproduksi, multivitamin seperti BirdVit tetap perlu diberikan.
Setelah mengerami telur dan siap dititipi anak perkutut, pakannya sedikit diubah. Pakan ayam petelur diganti dengan pakan untuk DOC, sedangkan gabah tidak perlu diberikan (.3 bagian milet : 1 bagian pakan DOC). Dengan pakan seperti ini, perkembangan tubuh anak perkutut yang diasuhnya diharapkan bisa semakin baik.
2.     Memindah anak perkutut ke sarang puter
Anak perkutut bisa dipindah ke sarang puter setelah berumur kurang lebih sepuluh hari. Pada umur ini, gerakan anak perkutut tidak begitu aktif. Seluruh kebutuhan hidupnya masih tergantung pada induknya. .Bulu tubuhnya masih berupa bulu jarum yang belum mengembang sempurna. Oleh karena itu, selain makan, anak burung ini masih membutuhkan kehangatan tubuh dari induknya. Dua kebutuhan hidup ini akan dipenuhi oleh puter.
Sebelum anak perkutut dipindah ke sarang puter, telur puter yang ada di dalamnya harus diambil. Jangan lupa, sebelum dipindahkan, kaki anak perkutut dipasangi cincin. Begitu berada di sarang puter, anak perkutut akan dipelihara oleh puter seperti anaknya sendiri. Ketika temboloknya kosong dan mencicit (suara anak perkutut yang kelaparan), puter akan segera memberi makan. Paruh puter akan dibuka dan didekatkan ke paruh anak perkutut. Pada saat yang bersamaan, puter rriemuntahkan kembali makanan yang ada di dalam tembolok ke rongga mulut. Selanjutnya, paruh anak perkutut akan masuk ke rongga mulut puter untuk mengambil makanan.
Kurang lebih mendekati umur sebulan sejak menetas dari telur atau tiga minggu setelah diasuh puter, anak perkutut mulai belajar makan sendiri. Anak burung ini mulai mematuk-matuk butiran pakan, tetapi masih kesulitan untuk menelannya. Lama-kelamaan butiran biji bisa ditelan dengan mudah. Ketika sudah mampu makan sendiri, anak perkutut bisa dipisah dari puter.
D.   Merawat Induk Perkutut yang Anaknya Telah Diambil
Induk perkutut yang anaknya telah dititipkan ke puter perlu diberi perawatan ekstra. Sehari setelah anaknya diambil, kedua induk perkutut, baik jantan maupun betina, diberi kacang hijau sebanyak sepuluh butir setiap ekor. Sebelumnya, kacang hijau direbus set’engah matang. Butiran kacang hijau ini dimasukkan ke dalam mulut perkutut hingga tertelan. Pemberian kacang hijau dilakukan setiap hari selama seminggu.
Selain kacang hijau, induk perkutut juga diberi BirdVit dan BirdMineral. Berikan minuman yang ke dalamnya dimasukkan BirdVit dan pada pakan/biji-bijian diberikan BirdMineral. BirdVit bisa diberikan sepekan tiga kali sedangkan BirdMineral sepekan sekali. BirdMineral adalah mineral burung.
Perawatan ekstra ini diberikan untuk mempertahankan kondisi induk perkutut agar tetap prima. Tanpa perlakuan ini dikhawatirkan kondisi induk akan memburuk karena frekuensi reproduksinya diperpendek. Tanpa campur tangan manusia, perkutut hanya bertelur satu atau dua kali dalam setahun. Di tempat penangkaran, perkutut bisa bertelur 6—10 kali dalam setahun. Peningkatan produksi ini tentunya berpengaruh buruk terhadap kesehatan induk.
Menyapih anakan perkutut
Setelah diasuh puter selama kurang lebih 1,5 bulan, anak perkutut telah mampu  makan sendiri.  Pada umur inilah,  anak perkutut bisa disapih. Selanjutnya, anak perkutut tidak tergantung pada induk asuh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
A.   Sangkar untuk Menyapih
Untuk menyapih anak perkutut, diperlukan sangkar dengan ukuran panjang sekitar 60 cm, tinggi 40 cm, dan lebar 40 cm (pada prinsipnya semakin besar ukuran sangkar akan semakin baik). Sangkar seukuran ini bisa digunakan untuk menampung sekitar 10 ekor anak perkutut. Di dalam sangkar penyapihan ini, anak perkutut akan melatih otot-otot tubuhnya, terutama otot terbang. Di dalam sangkar ini pula, anak-anak perkutut mulai belajar bersuara.
Sangkar penyapihan perlu dilengkapi dengan tenggeran, tempat pakan dan air minum, penampung kotoran, serta lampu listrik berkekuatan sekitar 10 watt. Lampu listrik dipasang menempel pada atap sangkar. Lampu ini bcrfungsi sebagai penghangat pada malam hari atau pada saat udara dingin. Oleh karena itu, lampu ini hanya dinyalakan pada malam hari atau pada saat udara dingin. Lampu listrik tidak diperlukan lagi ketika anak perkutut telah berumur empat bulan atau lebih.
B.    Penempatan Sangkar Penyapihan
Sangkar penyapihan diletakkan di tempat yang beratap sehingga tidak terkena air ketika hujan. Setiap hari sangkar berikut anak perkutut di dalamnya harus dijemur di bawah sinar matahari minimal dua jam. Penjemuran sebaiknya dilakukan pada pagi hari, sekitar pukul 07.00-09.00.
Selama sangkar dijemur, dilakukan juga pembersihan terhadap tempat pakan dan air minum serta penampung kotoran. Sisa pakan hari kemarin sebaiknya dibuang dan diganti dengan pakan yang baru, demikian juga air minumnya.
Pada malam hari atau pada saat suhu udara terasa dingin, lampu dalam sangkar dinyalakan. Lampu yang menyala akan membuat udara di dalam sangkar menjadi hangat. Udara yang hangat sangat diperlukan oleh anak perkutut mengingat bulu-bulunya belum tumbuh sempurna dan belum mampu menghadapi perbedaan cuaca
yang ekstrem. Panas dari lampu ini akan membantu anak perkutut menghadapi dinginnya udara malam dan cuaca yang buruk.
C.    Pakan untuk Anak yang Disapih
Anak perkutut yang baru disapih diberi pakan milet. Biji-bijian berukuran agat besar seperti gabah dan ketan hitam tidak perlu diberikan. Milet yang diberikan harus bersih dan benar-benar bernas.
Untuk menjamin kebersihan, sebelum diberikan, milet dicuci dengan air bersih, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari. Pencucian juga bisa digunakan untuk menyeleksi milet yang benar-benar bernas. Milet yang bernas tenggelam di dalam air, sedangkan yang kosong akan mengambang. Milet yang mengambang inilah yang harus dibuang.
Jika anakan perkutut yang disapih lebih dari dua, ukuran tempat pakan harus agak besar, lebih dari 7 cm. Dengan tempat pakan yang agak besar, anakan perkutut tidak akan berebut tempat sewaktu makan. Pakan diberikan sehari sekali, pada pagi hari. Pemberian pakan dilakukan bersamaan dengan pemberian air minum. Ada baiknya jika air minum yang diberikan berupa air bersih yang telah matang (sudah direbus hingga mendidih, lalu didinginkan).
Menyeleksi Perkutut Anakan sapihan
Seleksi terhadap anak perkutut bisa dilakukan saat anak perkutut mulai ditempatkan di sangkar penyapihan. Di sangkar penyapihan, bentuk fisik anak perkutut hisa diamati dan suaranya mulai bisa didengar. Seleksi dimaksudkan untuk mencari anak perkutut yang berfisik normal dan bersuara bagus.
A.    Seleksi Kualitas Fisik
Sebenarnya yang dipentingkan dari seekor perkutut adalah kualitas suaranya. Meskipun demikian, bentuk fisik yang normal juga perlu diperhatikan. Adakalanya anak perkutut menyandang cacat fisik secara bawaan. Cacat fisik bisa diketahui hanya dengan pengamatan sekilas atau dengan cara yang lebih teliti.
Mata juling dan kaki pengkor merupakan cacat bawaan yang dapat diketahui dengan cepat. Cacat fisik yang membutuhkan pengamatan lebih cermat ialah tulang dada bengkok. Tulang dada bengkok hanya dapat diketahui dengan jalan meraba dada perkutut. Tulang dada yang normai rerasa lurus ketika diraba.
Anak burung yang menderita cacat seperti itu sebaiknya disatukan dalam sangkar yang sama, Bagaimanapun pembeli juga memperhatikan penampilan fisik. Burung yang cacat tak akan dibeli kecuali suaranya istimewa.
Anak perkutut yang cacat juga perlu didengar. suaranya. Siapa tahu dari beberapa anak perkutut yang cacat fisik ada yang bersuara  istimewa.   Untuk  itu,  setelah  seleksi  kualitas fisik  harus  diikuti dengan seleksi kualitas suara.
B.    Seleksi Kualitas Suara
Seleksi kualitas suara sulit dilakukan ketika anak perkutut baru bisa mengeluarkan “suara air” (suara anak). Suara air sulit untuk patokan perkiraan suara setelah dewasa. Oleh karenanya, jangan menyeleksi anak perkutut yang masih dalam tahap ini.
Lama-kelamaan suara air menjadi semakin jelas seiring dengan bertambahnya umur perkutut. Pada umur tiga bulan, suara anak perkutut sudah semakin jelas dan mulai stabil (tidak berubah-ubah). Suara anak perkutut dikatakan stabil jika selama paling tidak lima kali, suara yang dikeluarkan tidak berubah-ubah. Dengan demikian, suara yang dimilikinya akan tetap sama hingga dewasa. Pada umur inilah seleksi kualitas suara bisa dengan mudah dilakukan.
Seleksi kualitas suara menuntut peternak mengetahui kriteria suara yang bagus. Oleh karena itu, tidak ada jeleknya jika peternak sering datang ke konkurs perkutut. Pada konkurs perkutut, peternak bisa mendengar dan mengetahui secara langsung suara perkutut yang berkualitas. Selanjutnya, suara dalam konkurs bisa dibandingkan dengan suara perkutut hasil ternakannya.


==============
Dan yang ingin mencoba keberuntungan beternak perkutut kami menerima pesanan indukan siap telor atau sudah bertelor dengan harga terjangkau, silahkan hubungi 0857 309 60 204, Lokasi MADIUN, Untuk Lebih jelas silahkan Klik Lingk Berikut http://jualkutut.blogspot.com/2012/04/jual-indukan-perkutut-bangkok-harga.html

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Ya suka, menambah wawasan.

Posting Komentar

apakah anda suka ?...