IKLAN

Senin, 28 Februari 2011

PLN Berencana Turunkan Tarif Listrik


(Jakarta 27/2) PLN berencana menurunkan tarif listrik untuk kalangan industri dalam waktu dekat. Terutama tarif listrik untuk pemakaian pukul 23.00 sampai pukul 07.00 Penurunan ini sedang digodok tapi sangat mungkin bisa amat besar, mencapai sekitar 20%. Saat ini industri membayar listrik rata-rata sebesar Rp 730/kWh selama 24 jam. Dengan aturan baru itu nanti tarif pada kurun waktu delapan jam itu bisa jadi hanya sekitar Rp 550/kWh.


Penurunan tarif tersebut dilakukan untuk mendorong industri agar mampu melakukan efisiensi secara besar-besaran dengan cara menggeser jam kerja mereka. Hal ini juga sekaligus memberikan kesempatan kepada tenaga kerja untuk memperoleh penghasilan lebih baik karena bekerja di malam hari seharusnya mendapat upah tambahan.


PLN memang sangat prihatin melihat kenaikan harga minyak mentah dunia yang sangat mengkhawatirkan. Penurunan tarif ini antara lain juga sebagai bentuk antisipasi PLN untuk menekan biaya produksi listrik yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM). Dengan penurunan tarif tengah malam itu diharapkan industri mengurangi pemakaian listrik di waktu senja hari, kalau perlu menghentikan sama sekali aktifitas mereka, diganti dengan berproduksi malam hari. Bagi industri lebih senang menaikkan upah buruh di malam hari asal tarif listriknya murah daripada menghemat ongkos buruh tapi tarif listriknya mahal.


Seperti diketahui, PLN harus memproduksi listrik 5.000 MW lebih banyak pada jam 17.00 sampai jam 22.00 untuk memenuhi beban puncak. PLN menanggung beban yang sangat berat karena untuk beban puncak itu harus menggunakan bahan bakar minyak. “Apalagi jatah gas untuk PLN dikurangi terus,” ujar Dahlan Iskan, Dirut PLN. Seperti diketahui juga, setiap kehilangan gas sebanyak 100 mmbtud, PLN harus mengeluarkan biaya tambahan sekitar Rp 6 triliun setahun. “Pemakaian listrik oleh masyarakat belakangan ini naik secara drastis seiring dengan membaiknya keadaan ekonomi. Tapi jatah gas untuk PLN malahan terus menurun,” katanya. Beban puncak Jawa Bali sekarang ini mencapai 18.365 MW, naik 1.000 MW dibanding tahun lalu.*****)